Save the "Ranu Pane"
![]() |
Kondisi Terakhir "Ranu Pane" Oktober 2011 |
![]() |
Salvinia Molesta di Ranu Pane |
Hipotesa Penyebaran Gulma :
Habitat asli dari Salvinia Molesta sebenarnya berasal dari bagian tenggara Brasil, namun penyebarannya hampir di beberapa tempat di seluruh dunia. Kemungkinan penyebaran disebabkan oleh spora yang terbawa oleh hewan air yang menempel di tubuhnya, kemudian spora tersebut jatuh pada genangan air. Karena kondisi tempat tersebut itu cocok dengan kebutuhan hidup dari S.Molesta, maka spora akan menjadi prothallium. Anteredium (jantan) dan arkogenium (betina) akan dihasilkan dari prothallium yang akhirnya akan menghasilkan zigot(bakal calon tumbuhan paku baru). Lebih lengkapnya daur hidupnya dapat dilihat pada life circle dibawah ini.
![]() |
Life circle fern (ensiklopedia.gudangmateri.com) |
- Ranu Pane merupakan tampungan/wadah air yang berasal dari aliran air (hujan) dari bukit melewati lembahan-lembahan dan saluran air warga. Kondisi air terperangkap ini, merupakan syarat ideal berkembangnya S.Molesta dengan baik karena pertumbuhan spora dan fragmennya tidak bergerak/menghilang.
- Limbah pupuk pertanian, sisa-sisa pupuk ini ikut mengalir bersama aliran air yang menuju ranu pane. Bila diperhatikan di wilayah sekitar Ranu Pane, lahan pertanian berada di bukit-bukit yang posisinya lebih tinggi dari R.Pane. Sisa-sisa pupuk ini dimungkinkan menambah tingkat unsur hara air R.Pane, sehingga pertumbuhan S.Molesta berkembang sangat cepat.
- Pembawa/Carrier dari Hewan atau manusia yang secara sengaja maupun tidak sengaja membawa bibit S.Molesta. Hal ini dikarenakan, aktivitas manusia dan hewan cukup sering di wilayah ini karena merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Sumeru (TNBTS).
- Kelambanan dan kurang responsifnya petugas TNBTS terhadap masalah yang terjadi. Penyelesaian cenderung di ulur-ulur hingga masalah penyebaran S.Molesta tidak terkontrol sampai sekarang.
![]() |
Citraan Hipotesa Awal |
- S.Molesta menjadi penyebab kedangkalan (Sidementasi) Ranu Pane. Pada awalnya kedalaman titik tengah Ranu pane yaitu 6 meter, namun kini tinggal 4 meter saja (Berdasarkan pengukuran dari Mapalipma).
- Hewan-hewan endemis maupun tumbuhan lainnya tidak dapat berkembang karena kekurangan asupan oxygen.
- Secara historis, Ranu pane merupakan salah satu situs sejarah dan menyimpan memoria yang cukup dalam bagi beberapa pihak. Bila tidak segera ditangani, masyarakat Indonesia pada umumnya akan kehilangan salah satu situs bersejarah.
- Ekonomis, TNBTS akan kehilangan salah satu daya tariknya selain Gunung Sumeru, karena kehilangan aset Ranu Pane.
Penanganan S.Molesta di Ranu Pane saat ini dilakukan secara Mekanik (Manual). Pada Bulan Oktober, Pihak Biologi Universitas Brawijaya bersama beberapa Organisasi Pecinta Alam melakukan gerakan "Bersih Ranu Pane". Acara ini dilakukan secara bertahap yaitu 4 kali, dengan mengambil waktu setiap Sabtu-Minggu selama bulan oktober. Kegiatan yang dilakukan adalah pengangkatan secara manual S.Molesta ke pinggir R.Pane kemudian dibiarkan mengering hingga mati. Sedangkan, untuk teknis pelaksanaannya, ada dua cara, yang pertama baik secara kelompok maupun individu langsung mengumpulkan S.Molesta dan meletakkannya di pinggir Ranu, kemudian tim yang lain akan membawa tumpukan S.Molesta tersebut jauh sekitar 30 meter dari mulut Ranu. Kedua, metode jaring dimana akan terbentuk dua tim. Tim pertama bertugas mengumpulkan/menggiring/memadatkan S.Molesta dengan bantuan belahan bambu, sedangkan tim kedua akan memasang jaring di luar belahan bambu tim pertama dan akan ditarik menggunakan bantuan mobil serta jeep.
![]() |
Metode manual per Individu mengumpulkan S. Molesta |
![]() |
Metode jaring dengan bantuan tarikan mobil |
![]() |
Membawa tumpukan S.Molesta menjauh dari Ranu Pane |
![]() |
Seorang turis (Richard) tergerak untuk membantu |
Hal sangat disayangkan dari kegiatan ini, yaitu karena waktu pelaksanaan terlalu singkat maka target untuk membersihkan Ranu Pane secara keseluruhan tidak dapat tercapai. Akhirnya tujuan dari kegiatan ini adalah menggalang aksi dukungan/perhatian masyarakat sekitar Ranu Pane agar dapat lebih peduli dengan pentingnya keberadaan Ranu Pane.
Problem :
- Perkembangan S.Molesta yang terlalu cepat dan massive sehingga tidak dapat terkontrol
- Warga sekitar Ranu Pane kurang peduli dengan keberadaan Ranu Pane tersebut atau telah merasa putus asa karena pemecahan masalah tidak ditemukan.
- Satu-satunya solusi untuk mengatasi permasalahan dari S.Molesta adalah cara mekanik, sementara itu cara biologis dan kimiawi masih dalam pertimbangan. Penelitian lebih lanjut di perlukan untuk mendukung penyelesaian menggunakan dua metode tersebut.
- Yang diharapkan memiliki rasa bertanggung jawab dari permasalahan Ranu Pane adalah setiap orang yang merasa dirinya adalah Pecinta Alam.
![]() |
Warga menyaksikan pembersihan Ranu Pane |
Solusi :
- Penelitian untuk memutus daur hidup S.Molesta segera dilakukan agar permasalahan dapat diselesaikan atau paling tidak mengurangi dampak berkelanjutan.
- Pemerintah dan Instansi terkait segera menjadi penyokong untuk mensponsori dan mengajak pecinta alam community untuk menyelesaikan permasalah Ranu Pane bersama.
- Perlunya dilakukan penanganan sementara namun secara continue terhadap S.Molesta, yaitu dengan metode peng-Karvak-an(Peng-Isoliran). Jadi, metode mekanik pengangkatan S.Molesta tetap dilakukan secara rutin, namun dengan metode karvak dimana beberapa wilayah R.Pane di plotting agar penyebaran bibit S.Molesta tidak menutupi R.Pane secara keseluruhan.
Tranportasi :
Alat transportasi yang paling murah menuju R.Pane adalah Menggunakan Sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar 3 Jam dari kota Malang. Yang lainnya menggunakan Truk Sayur atau menggunakan Carteran jeep maupun truck. Ada 3 Jalur menuju Ranu pane:
- Malang ---> Tumpang ---> Ngadas ---> Ranu Pane (+/- 3 Jam)
- Lumajang ---> Senduro ---> Ranu Pane ( 2-3 Jam)
- Probolinggo --->Tosari---> Bromo ---> Ranu Pane (+/- 3 Jam)
Sumber foto : dok.pribadi dan ensiklopedia.gudangmateri.com
Dalam pengendalian di beberapa Negara seperti di Zimbawe, Australia, dan Amerika Selatan salvinia molesta tidak dapat menggunakan herbisida, beberapa studi kasus dilakukan dan berhasil menemukan pengendali hayati salvinia molesta yakni dengan kumbang moncong (Cyrtobagus salviniae) dari famili Curculionidae dengan membuat lubang di rishoma, memakan jaringan vaskuler, sehingga membunuh gulma
ReplyDelete